JAKARTA – Mengonsumsi daging olahan dinilai tidaklah memberi manfaat, khususnya menyangkut keseimbangan jantung.
Para peneliti menemukan bahwa pemukim yang tersebut mengonsumsi barang ultra-olahan memiliki tekanan darah tambahan buruk dibandingkan mereka itu yang digunakan makan daging.
Hal ini menyebabkan para ahli menyerukan ‘evaluasi ulang’ terhadap alternatif daging untuk masa depan, sewaktu para peneliti mempertanyakan keseimbangan seputar daging olahan.
Dr Sumanto Haldar, dosen ilmu nutrisi di Universitas Bournemouth menyatakan ketika ini hasil alternatif daging kerap kali melibatkan beberapa jumlah besar komponen lain.
“Produk akhir mungkin saja mengandung berbagai garam, lemak jenuh, kemudian zat aditif agar sesuai dengan rasa dan juga tekstur item daging asli,” kata Dr Sumanto.
Saat ini, kata dia, daging olahan yang tersebut tersedia tiada memberikan kegunaan kesegaran yang tersebut sejenis seperti pola makan nabati tradisional, yang digunakan umumnya terdiri dari makanan utuh, seperti biji-bijian, polong-polongan, juga sejumlah buah serta sayuran.
“Hal ini memberikan dorongan bagi sektor makanan untuk mengevaluasi kembali pengembangan barang alternatif daging generasi berikutnya, sehingga tak hanya sekali mempunyai rasa yang enak, juga miliki atribut gizi yang tersebut lebih lanjut baik dan juga lebih lanjut terjangkau bagi seluruh masyarakat,” tuturnya.
Dalam penelitiannya, kelompok melibatkan 82 penduduk berisiko penyakit kencing manis tipe 2, dibagi bermetamorfosis menjadi dua kelompok selama delapan minggu. Separuhnya mengikuti pola makan nabati, sementara separuh lainnya diberi daging.
Kelompok vegan mengonsumsi makanan ultra-olahan dari merek-merek salah satunya Impossible Beef, Omni Foods, the Vegetarian Butcher, Beyond Meat, kemudian The Vegetarian Butcher.
Artikel ini disadur dari Efek Konsumsi Daging Olahan, Pengaruhi Kesehatan Jantung hingga Perburuk Tekanan Darah