Ekonomi Bisnis

Ngobrol Tempo, Kementerian ESDM: Cadangan Komoditas Mineral masih Besar

61
×

Ngobrol Tempo, Kementerian ESDM: Cadangan Komoditas Mineral masih Besar

Sebarkan artikel ini

JakartaStaf Khusus Menteri Tenaga kemudian Sumber Daya Mineral (ESDM) Area Percepatan Tata Kelola Mineral kemudian Batubara, Irwandy Arif mengatakan, Indonesi memiliki komoditas tambang sangat signifikan. Menurut dia, komoditas itu terdiri dari tembaga, emas, alumina, besi, nikel, hingga timah.

“Kalau bicara tentang cadangan itu enggak ada artinya,” kata dia, pada acara Ngobrol Tempo bertajuk “Pertambangan untuk Kebangkitan Kondisi Keuangan juga Keberlanjutan” di dalam Plataran Menteng, Gondangdia, Menteng, Ibukota Pusat, Rabu, 26 Juni 2024.

Irwandy menjelaskan, nilai cadangan sumber daya yang mana dimiliki oleh Indonesia. Kuantitas cadangan Negara Indonesia mencapai sekitar Simbol Dolar 4 triliun. Menurutnya, dua per tiga dari cadangan komoditas berasal dari batubara. Dia mengatakan, dari batubara—Indonesia mengalami tekanan untuk mengarah ke net zero emission, maka dua per tiga dari kekayaan Simbol Dolar 4 triliun yang disebutkan hilang.

“Tapi kami menganggap ini akan berprogres terus sampai dengan akhir net zero emission tahun 2060,” tutur Irwandy. Dalam presentasi yang dibuka di diskusi Tempo itu, tampak hitungan dari nilai kekayaan cadangan komoditas mineral serta batubara. Kekayaan mineral senilai Simbol Dolar 0,8-0,92 triliun dan juga batubara Dolar Amerika 2,18-3,10 triliun. 

Adapun Kementerian ESDM mencatat, total kekayaan itu pada 2023 berada pada nomor Mata Uang Dollar 3,11-3,9 triliun. Menurut data kementerian ini juga, nilai cadangan itu akan bertambah apabila sumber daya berubah status berubah menjadi cadangan.

Dia menjelaskan, Indonesia tak cukup semata-mata mempunyai komoditas. Komoditas cadangan itu menurut penjelasan dia, harus dikelola supaya lebih lanjut berharga. Cara menaikan bilangan bulat komoditas itu, kata dia, dengan melakukan hilirisasi. “Apakah ini sudah ada betul atau tidak? Ini adalah masih berbagai kontroversi,” tutur dia.

Misalnya, ia menjelaskan, bahwa pengembangan lebih lanjut ini ditujukan untuk mineral kritis. Seperti nikel-kobalt diarahkan ke baterai. Sementara nikel-kobalt yang mana diarahkan ke besi kemudian baja tak akan diterbitkan izin baru. “Karena sudah ada terlalu banyak,” tutur dia. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa nikel yang digunakan RKB sudah disetujui untuk produksi pada 2024 mencapai 220 jt ton.

Padahal, sampai pada waktu ini cadangan Indonesi berdasarkan data dari badan geologi cuma 5,3 miliar ton. Artinya, ia memaparkan 5,3 miliar ton dibagi 220 jt ton—dan tahun depan diprediksi mengalami perkembangan mendekati 400-500 jt (ton), umurnya kurang dari 10 tahun. “Dan ini akan berbahaya,” ujar dia. “Tahun ini kita sudah ada mulai mengimpor bijih nikel dari Filipina.”

Artikel ini disadur dari Ngobrol Tempo, Kementerian ESDM: Cadangan Komoditas Mineral masih Besar