Berita

Mengulik Cerita Kerja Jurnalis di Balik Istana Presiden

56
×

Mengulik Cerita Kerja Jurnalis di Balik Istana Presiden

Sebarkan artikel ini
Mengulik Cerita Kerja Jurnalis dalam Balik Istana Presiden

JAKARTA – Harus diakui di dalam balik kemegahan dinding sebuah Istana Kepresidenan, terdapat kisah juga cerita yang tersebut belum berbagai dibagikan ke berada dalam penduduk awam. Hal ini menghasilkan kisah banyak jurnalis Istana Kepresidenan sangat menantang di membagikan kesaksian dan juga suka dukanya.

Hal ini tergores pada sebuah buku bertajuk 79 Wartawan Istana Menulis, Kisah dalam Balik Liputan Istana Era Soeharto sampai Jokowi.

Buku yang disebutkan disusun Tingka Adiati mantan jurnalis televisi swasta dan juga Elvy Yusanti mantan jurnalis lainnya yang digunakan juga pernah meliput kegiatan kepresidenan.

Dalam bedah buku yang mana diselenggarakan di dalam Kawasan Bintaro, Ibukota Indonesia Selatan, beraksi sebagai narasumber adalah Managing Director Imajin PR & Research, Irsyad Hadi, yang dimaksud pernah berkarier sebagai jurnalis.

Dirinya mengisahkan ada berbagai suka duka sepanjang dirinya berubah menjadi wartawan istana. Salah satunya di mana meliput mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, dirinya bahkan sempat merasakan cubitan keras Pasukan bola Pengaman Presiden (Paspampres) yang memang sebenarnya terkenal tegas.

Irsyad, yang dimaksud berubah jadi jurnalis pada 2001-2006, mengakui dirinya sempat mengikuti tiga aktivitas kepala negara. “Saya bergabung mengawal era Gus Dur, Megawati, dan juga SBY,” kata Irsyad, Awal Minggu (20/5/2024).

Irsyad yang berada pada tiga era kepemimpinan presiden yang berbeda, menjabarkan bahwa mekanisme peliputan yang mana ia kerjakan sungguh sangat berbeda pada setiap era presiden.

Saat ditanya hal yang mana paling menyita perhatian bagi Irsyad, adalah pada waktu era Gus Dur. “Yang paling mengejutkan itu era Gus Dur. Menurut saya ke era itu setiap hari mengejutkan kemudian mengejutkan,” ucap Irsyad.

Bahkan, beliau masih ingat bahwa Presiden yang satu-satunya dapat dipanggil layaknya teman semata-mata Gus Dur.

“Presiden yang sanggup dipanggil kayak teman ya Gus Dur. Kita cukup panggil “Gus, Gus boleh tanya enggak? “Dia cuma jawab “iya boleh”.

Artikel ini disadur dari Mengulik Cerita Kerja Jurnalis di Balik Istana Presiden