Berita

Diplomasi China di dalam Balkan: Antara Realisme geopolitika juga Konstruktivisme Normatif

74
×

Diplomasi China di dalam Balkan: Antara Realisme geopolitika juga Konstruktivisme Normatif

Sebarkan artikel ini
Diplomasi China di dalam di Balkan: Antara Realisme geopolitika juga Konstruktivisme Normatif

Harryanto Aryodiguno, Ph.D
Dosen Hubungan Internasional President University

DARI sudut pandang Realisme, kunjungan ini dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari strategi China untuk memperluas pengaruhnya di kawasan tersebut. Realisme menekankan bahwa negara bertugas menghadapi dasar kepentingan nasional, juga di hal ini, China bertugas untuk menguatkan hubungan dengan Serbia sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan sikap strategisnya ke kawasan tersebut. Penegasan Xi terhadap dukungan terhadap Serbia juga dapat dilihat sebagai respons terhadap rivalitas geopolitik antara kekuatan-kekuatan besar, khususnya dengan Barat.

Di sisi lain, Konstruktivisme menyoroti peran identitas, norma, kemudian persepsi pada hubungan internasional. Dalam kunjungan ini, Xi Jinping mencoba untuk memulai pembangunan persepsi China sebagai pemain yang dimaksud berjanji terhadap stabilitas juga integritas negara, juga menolak campur tangan asing pada urusan domestik suatu negara. Dengan melakukan penghargaan terhadap orang yang terdampar pemboman kedutaan besar China 25 tahun kemudian serta menegaskan penolakan terhadap kejadian sejenis di masa depan, China juga berupaya mempengaruhi norma-norma dan juga opini rakyat internasional terhadap campur tangan asing.

Presiden China, Xi Jinping, di kunjungannya ke Serbia yang digunakan bertepatan dengan peringatan keras 25 tahun pemboman kedutaan besar China pada Yugoslavia oleh NATO, menegaskan komitmen China di menyokong Serbia di mempertahankan kedaulatan lalu integritas teritorialnya. Dalam reuni dengan Presiden Serbia Aleksandar Vučić, Xi mengapresiasi sikap tegas Serbia pada menghadapi tantangan tersebut. Kunjungan ini juga bermetamorfosis menjadi peluang untuk memperdalam hubungan bilateral antara kedua negara.

Dalam pidato di dalam bandara, Xi menekankan hubungan kebijakan pemerintah yang kuat antara China kemudian Serbia juga hasil positif dari kerja sebanding melalui Inisiatif Sabuk lalu Jalan. Dia juga mengekspresikan harapannya untuk berdiskusi lebih lanjut lanjut dengan Vučić mengenai isu-isu yang mana relevan bagi kedua negara.

Selama pertemuan, kedua pemimpin mengesahkan pernyataan sama-sama untuk menguatkan hubungan kemitraan strategis komprehensif kemudian mendirikan masa depan bersama. China berikrar untuk mengupayakan perkembangan komunitas masa depan bersatu dengan Serbia melalui beberapa jumlah inisiatif, di antaranya perjanjian perdagangan bebas yang akan mulai berlaku pada Juli 2024 serta peningkatan impor item pertanian dari Serbia.

Selain itu, Xi juga menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan penolakan terhadap campur tangan asing di urusan pada negeri Serbia, khususnya di konteks perkembangan pemboman kedutaan besar China yang berjalan 25 tahun lalu. Melalui artikel yang tersebut dipublikasikan dalam surat kabar Serbia, Xi menegaskan bahwa China tiada akan membiarkan tragedi mirip terulang kembali serta akan terus memperkuat Serbia di mempertahankan kedaulatan dan juga integritasnya.

Dengan mengunjungi web kedutaan besar yang mana pernah dibom dan juga melakukan penghormatan kemiliteran ke tempat tersebut, Xi juga mengirimkan arahan kuat untuk Barat bahwa China menentang separatisme juga campur tangan asing pada urusan domestik suatu negara. Tindakan ini sejalan dengan prinsip-prinsip diplomasi Henry Kissinger yang tersebut menekankan pentingnya stabilitas kemudian keutuhan negara pada hubungan internasional.

Dalam konteks ini, insiden pemboman yang disebutkan juga diangkat sebagai peringatan keras bagi Barat, khususnya di hubungannya dengan situasi ke Selat Taiwan. Xi menegaskan bahwa China tak akan membiarkan sejarah tragis yang disebutkan terulang kembali serta akan terus memperjuangkan kedaulatan kemudian integritas teritorialnya. Dengan demikian, kunjungan ini tidak hanya sekali tentang meningkatkan kekuatan hubungan antara China juga Serbia, tetapi juga sebagai peringatan keras bagi pihak-pihak yang dimaksud berpotensi mengganggu stabilitas regional.

Jadi, kunjungan Xi Jinping ke Serbia lalu penekanannya terhadap kedaulatan juga penolakan terhadap campur tangan asing dapat dipahami sebagai upaya yang kompleks yang mana melibatkan faktor-faktor realpolitik dan juga upaya untuk membentuk norma-norma lalu persepsi internasional.

Artikel ini disadur dari Diplomasi China di Balkan: Antara Realisme Geopolitik dan Konstruktivisme Normatif