Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah merevisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Narasumber Daya Alam (SDA) sejak Agustus 2023 atau sembilan bulan lebih. Namun, aturan yang disebutkan belum mampu menghadirkan balik dolar Amerika Serikat (AS) hasil ekspor.
Seperti diketahui, pemerintah merevisi kebijakan DHE SDA sejak Agustus 2023 melalui Peraturan pemerintahan Nomor 36 Tahun 2023. Dengan aturan ini, eksportir wajib menempatkan DHE minimal 3 bulan dengan nilai paling kecil 30% dari total nilai ekspor. Namun, tiada ada kewajiban konversi ke rupiah.
Bank Indonesia (BI) mencatatkan data Term Deposit Valuta Mancanegara DHE Narasumber Daya Alam (SDA) telah lama mencapai US$12-12,5 miliar. Kuantitas yang disebutkan merupakan hitungan yang dihitung oleh BI per Mei 2024. Realisasi ini terpencil dari harapan awal pemerintah.
Realisasi ini terpencil dalam bawah harapan pemerintah. Menteri Koordinator Sektor Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menjelaskan peluang besar DHE SDA mencapai US$ 203 miliar. Angka yang disebutkan setara dengan 69,5% dari total ekspor Indonesia.
Sebagai perbandingan, nilai ekspor Negara Indonesia sejak aturan DHE direvisi atau sejak Agustus 2023 hingga Mei 2024 mencapai US$ 215,3 miliar. Bila TD valas DHE yang digunakan masuk sekitar US$ 12,5 miliar maka nilai yang dimaksud semata-mata 5,8% dari total ekspor.
Masih kecilnya DHE yang masuk berubah menjadi salah satu unsur dari rentannya nilai tukar rupiah dari tekanan eksternal.
Menurut data Refinitiv, nilai tukar rupiah pada Selasa (25/6/2024) pukul 12.30 Waktu Indonesia Barat bertengger pada Rp16.370/US$, sikap ini masih setara dengan level sewaktu pandemi menyerang RI atau Maret 2020 silam
Nilai tukar rupiah yang melemah signifikan pada beberapa bulan terakhir, membuat Bank Indonesi (BI) harus melakukan stabilisasi nilai tukar dengan membeli rupiah dan juga berjualan dolar melalui cadangan devisa (cadev). Meskipun periode terbaru telah ada peningkatan, tetapi sejak awal tahun cadev terus menyusut.
Penyusutan cadev paling terlihat sejak mencapai level tertinggi pada akhir 2023 kemudian sebesar US$ 146 miliar, kemudian turun terus tiap bulan mencapai titik terendah dalam tahun ini pada April dalam US$ 134 miliar.
Bila DHE berjalam maksimal maka pasokan dolar Amerika Serikat akan lebih tinggi sejumlah pada pasar. Pasokan yang disebutkan akan memadai jikalau ada permintaan dari komunitas yang dimaksud meningkat. Sebaliknya, lantaran DHE tak berbagai masuk maka pasokan dolar Negeri Paman Sam tidak ada sejumlah di pasar.
Jika permintaan dolar Amerika Serikat meningkat secara secara tiba-tiba dari masyarakat, pelaku bisnis juga sektor maka pasokan dolar Negeri Paman Sam yang dimaksud tak berbagai di bursa akan menipis dengan cepat sehingga dolar dengan sederhana menguat tajam. BI pun harus melakukan stabilisasi untuk mengurangi dolar Negeri Paman Sam naik dengan kencang dengan menggelontorkan cadev.
Sebagaimana diketahui, sekitar Agustus tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mewajibkan para eksportir menyimpan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) paling sedikit 30% di sistem keuangan Indonesi dengan jangka waktu minimal tiga bulan.
Ketentuan yang disebutkan berlaku bagi hasil barang ekspor pada sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan dan juga perikanan.
Merujuk pada Pasal 6 ayat (1), DHE SDA diwajibkan dimasukkan ke pada sistem keuangan Nusantara melalui account khusus DHE SDA pada Lembaga Modal Ekspor Tanah Air dan/atau bank yang digunakan melakukan kegiatan bisnis di valuta asing.
Penempatan DHE SDA di tabungan khusus ini diwajibkan terhadap eksportir yang tersebut memiliki DHE SDA dengan nilai ekspor pada Pemberitahuan Pabean Ekspor (PPE) paling sedikit US$ 250.000 atau ekuivalennya.
Masih sedikitnya DHE yang masuk ke perbankan Nusantara salah satunya disinyalir karena eksportir lebih banyak suka menaruh uang ekspor ke Singapura. Bunga deposito valas yang lebih tinggi lebih tinggi pada Singapura berubah jadi salah satu alasannya.
Penelusuran CNBC Indonesia menunjukkan adanya perbedaan yang cukup berjauhan antara bunga deposito valas di bank-bank Singapura lalu Indonesia. Di bawah adalah perbedaan bunga deposito valas antara bank Tanah Air lalu bank di Singapura:
Sayangnya, meskipun suku bunga DHE ini mengejutkan tetapi belum dapat memberikan hasil yang digunakan memuaskan, tercermin dari cadev menyusut, juga rupiah melemah. Penyusutan nilai tukar ini kemudian menciptakan penanam modal asing kabur, lantaran untuk meminimalisir nilai kerugian dari kurs. Jadi tidaklah heran, apabila eksportir masih berbagai menaruh DHE dalam instrumen dari negara lain yang mana memiliki ketahanan nilai tukar lebih banyak kuat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel ini disadur dari Pantas Orang Doyan Simpan Dolar di Singapura, Bunganya 2 Kali Lipat RI